Rabu, 19 April 2017

Ki Hajar Dewantara Pejuang Pendidikan

Tokoh Pendidikan Ki Hajar Dewantara
           
            Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, dilahirkan pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta, Ia berasal dari lingkungan keluarga keraton Yogyakarta. Setelah menamatkan ELS (Sekolah Dasr Belanda), ia meneruskan pelajarannya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputra), tetapi tidak tamat karena sakit. Ia kemudian menulis untuk berbagai surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express dan setelah zaman kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan kebudayaan. Ki Hajar bukan saja seorang tokoh dan pahlawan pendidikan, tanggal kelahirannya 2 Mei oleh Indonesia dijadikan hari pendidikan Nasional, selain itu melalui suratkeputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 november 1959 Ki Hajar ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan nasional. Penghargaan lainnya yang diterima oleh Ki Hajar Dewantara adalah gelar Doctor Honoris Causa dari UGM di tahun 1957.
Pihak penerus perguruan Taman Siswa, sebagai usah untuk melestarikan warisan pemikiran beliau, mendirikan Museum Dewantara Kriti Griya di Yogyakarta. Dalam museum terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hajar Dewantara sebagai pendiri Taman Siswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hajar sebagai jurnalistik, pendidik, budayawan, dan sebagai seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Arsip Nasional.
Saat genap Berusia 40 Tahun menurut hitungan Tahun caka, Raden Mas Suwardi Suryaningrat berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara dan semenjak saat itu beliau tidak lagi menggunakan gelar kebangsawan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya beliau dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya, menciptakan pendidikan yang mampu dijangkau masyarakat. Ki Hajar bersama rekan-rekan seperjuangan mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa tanggal 3 Juli 1922. Perguruan itu bercorak nasional dan berusaha menanamkan rasa kebangsaan dalam jiwa anak didik.
Dipilihnya bidang pendidikan dan kebudayaan sebagai medan perjuangan tidak terlepas dari strategi untuk melepaskan diri dari belengguh penjajah. Adapun logika berpikirnya relatif sederhana; apabila rakyat diberikan pendidikan yang memadai maka wawasanya semakin luas, dengan demikian keinginan untuk merdeka jiwa dan raganya tentu akan semakin tinggi.
Buah pikirannya tetang perjuangan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan yang didalamnya banyak terdapat perbedaan-perbedaan dan dalam pelakasanaan pendidikan tersebut tidak boleh membeda-bedakan agama, etnis, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagaiannya, seta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi. Karena Tuhan memberi manusia kemerdekaan untuk mengembangkan diri dari ikatan alamiah menuju tingkatan budaya.
Jadi kemerdekaan mengembangakan diri adalah hakikat dari sebuah pendidikan sehingga pendidikan itu tidak dapat dibatasi oleh tirani kekuasaan, politik, atau kepentingan tertentu. Ini dibuktikan dengan sejarah dimana tidak pernah ada pendidikan yang berhasil kalau tumbuh didalam keterkungkungan atau penjajahan. Pada masa pergerakan dan perjuangan mencapai kemerdekaan, dia memiliki dasar pemikiran yang sangat tepat, bagaimana cara sebuah bangsa dapat mencapai kemerdekaan yaitu dengan memajukan pendidikan bagi rakyatnya secara menyeluruh. Bahkan pantun “Berakit-rakit kehulu, berenang-renanga ketepian” adalah ciptaan Ki Hajar untuk membakar semangat perjuangan dalam pendidikan.
Sebenarnya pandangannya itu bukan hanya diterapkan pada masa perjuangan mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan akan tetapi bisa juga di terapkan pada konteks saat ini dalam mengisi kemerdekaan dengan hasil karya yang lebih gemilang bagi bangsa dan negara. Karena bukan saja kemerdekaan secara politik yang diproklamasikan tahun 45 akan tetapi dengan pendidikan juga untuk memerdekakan bangsa dari penjajahan dalam bidang budaya, ekonomi, sosial, tekonolgi, pendidikan, lingkungan, keamanan, dan sebagainya dari pihak lain.
Pernyataan asas dari taman siswa berisi 7 pasal yang memperlihatkan bagaimana pendidikan diberikan, yaitu untuk menyiapkan rasa kebebasan dan tanggung jawab, agar anak-anak berkembang merdeka dan menjadi serasi, terikat erat kepada milik budaya sendiri sehingga terhindar dari pengaruh yang tidak baik dan tekanan dalam hubungan kolonial, seperti rasa rendah diri, ketakutan, keseganan, dan peniruan yang membuta. Selain itu anak-anak dididik menajdi putra tanah air yang setia dan bersemangat, untuk menanamkan ras pengabdian kepada bangsa dan negara.
Salah satu kosep belajar dan pemelajaran yang terkenal dari Ki Hajar Dewantara adalah
1. Ing ngarsa sung tulada berarti di depan memberi teladan
2. ing madya mangun karsa berarti di tengah menciptakan peluang untuk berprkarsa.
3. Tut Wuri Handayani  mempunyai arti dari belakang memberikan dorongan.
Menurut Dewantara, dalam pendidikan manusia-nilai rohani lebih tinggi dari nilai jasmani. Hal itu langsung ditunjukan melalui penampilannya yang sedeerhana, namun memiliki visi pendidikan yang jahu maju kedepan namun panutan bagi seluruh siswanya. Siswa yang bersekolah di taman siswa bukan ingin menjadi PNS, melainkan mandiri dan melanjutkan perjuangan. Di Taman Siswa, siswwa dididik menjadi manusia yang mandiri. Para siswa diajarkan membuat tempe, tahu atau salep. Di sini juga dibentuk klub debat sehingga alumni Taman siswa juga mahir berdebat dan berpikir kritis. Tiap rabu wage semua siswa dikumpulkan untu mendengarkan ceramah dari sesepuh taman siswa. Bung karno pernah memberikan ceramahnya untuk mengajak para gadis di Indonesia tak hanya mencapai cita-cita stinggi langit, tetapi lebih dari itu yakni menggapai bintang di langit. Siswa juga diajarkan untuk tidak banyak berbicara, lebih benyak berbuat dari bertindak, mandiri, dan bertanggung jawab.

Nama               : Resky Orelemba Gaibu
Sumber            : Buku “Psikologi Pendidikan”
Karangan         : Sugihartono, DKK

Terbitan           : UNY Press Yogyakarta (2015)

Kamis, 06 April 2017

Penanganan Tunagrahita dengan Pendidikan Agama Kristen

1.      Pengertian tunagrahita
Tuna grahita merupakan keterbatasan individu yang terhadap mental dan intelek yang membatasi mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan dimana mereka berada. Tunagrahita sering kita kenal dengan istilah seperti autis. Kita tahu bahwa individu yang autis adalah orang yang terganggu pikirannya dan selalu berpikir dengan cara yang tidak biasa. Untuk memperjelas maka saya mencantumkan beberapa pendapat para ahli tentang Tunagrahita.
2.      Tunagrahita Menurut Para Ahli
Tunagrahita Menurut Para Ahli :
§  Grossman (Krik & Gallagher, 1986:116), Tunagrahita mengacu pada fungsi intelek umum yang nyata berada di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan.
§  Amin (1995:15), Anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, mengalami hambatan tingkah laku, penyesuaian dan terjadi pada masa perkembangannya.
§  Klasifikasi anak tunagrahita menurut AAMD (American Assosiation on Mental Deficiency) dan PP No. 72 tahun 1991 dalam Amin (1995:22-24) klasifikasi anak tunagrahita terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut :

o   Tunagrahita ringan (Debil)
Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.
o   Tunagrahita sedang (Imbesil)
Anak tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat “tanggung jawab sosial” dan mencapai penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.
o   Tunagrahita berat dan sangat berat (Idiot)
Anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk di latih mengurus diri sendiri melakukan sosialisasi dan bekerja. Di antara mereka (sampai batas tertentu) ada yang dapat mengurus diri sendiri dan dapat berkomunikasi secara sederhana serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang sangat terbatas.


3.      Isi
Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation). Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yng ditandai dengan lemahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual. Selain intelegensinya rendah anak retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan berkembang. Sebelum muncul tes formal untuk menilai kecerdasan, orang reterdasi mental di anggap sebagai orang yang tidak dapat menguasai keahlian yang sesuai dengan umurnya dan tidak merawat dirinya sendiri. Menurut beberapa sumber yang saya temukan reterdasi mental juga dibagi menjadi beberapa bagian guna mengetahui sejauh mana tiap penyandang tunagrahita terganggu mentalnya :
1. Retardasi mental ringan ( IQ 55-70)
Individu dengan retardasi mental ringan dapat mengembangkan kemampuan akademiknya hingga kelas 5 atau 6 sekolah dasar.
2. Retardasi mental moderat ( IQ 40-54 )
Individu dengan kategori retardasi mental moderat dapat mengembangan keahlian seperti merawat diri, pertahanan diri dan sebagainya. Dapat berkembang hingga kurang lebih umur 7 tahun pada anak normal.
3.  Retardasi mental berat ( IQ 25-39 )
Individu dengan kategori ini sangat membutuhkan bantuan orang lain dalam kehidupannya sehari-hari.
4.  Retardasi mental parah ( IQ < 25 )
Individu dengan retardasi mental parah memerlukan perawatan yang lebih lanjut.

I.            Karakteristik anak tunagrahita menurut Mohammad Amin (1995:37), adalah sbb :

v  Karakteristik anak tunagrahita ringan
    Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan katanya, mengalami kesukaran berfikir abstrak tetapi masih mampu mengikuti kegiatan akademik dalam batas-batas tertentu. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan umur 12 tahun.

v  Karakteristik anak tunagrahita sedang
    Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pembelajaran akademik, mereka umumnya dilatih untuk merawat diri dan aktifitas sehari-hari. Pada umur dewasa baru mencapai tingkat kecerdasan yang sama dengan anak umur 7 tahun.
v  Karakteristik anak tunagrahita berat
    Anak tunagrahita berat sepanjang hidupnya selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri, tidak dapat membedakan bahaya, kurang dapat bercakap-cakap, kecerdasannya hanya dapat berkembang paling tinggi sepeti anak normal yang berusia 3-4 tahun.

II.            Metode Pengajaran
Tunagrahita ( C )
Untuk anak SLB-C atau mampu didik metode pengajaran yang dapat digunakan adalah metode ceramah oleh guru seperti pada tingkat Sekolah Dasar lainnya. Dalam hal ini guru menerangkan materi yang diajarkan. Setelah itu guru dapat melakukan tanya jawab dengan murid sehingga murid lebih mampu untuk mengerti apa yang diajarkan. Guru juga bisa menggunakan alat peraga untuk beberapa pelajaran agar anak lebih tertarik untuk belajar dan mampu untuk mengingat lebih baik materi pembelajarannya. Setiap minggunya juga dapat dibuat pelaporan kinerja sehingga guru dapat mengetahui perkembangan anak secara baik juga memberikan reward bagi anak yang berkembang dengan baik dan disiplin dalam kelas.
Tunagrahita ( C 1 )
Untuk anak SLB-C1 atau mampu latih metode pengajaran yang dapat digunakan adalah ceramah secara efektif dengan menggunakan kontak mata yang baik, isyarat, juga suara yang jelas. Guru dapat membangun komunikasi yang baik dengan murid sehingga murud merasa nyaman saat belajar. Karena mereka merupakan murid yang mampu didik maka harus disediakan berbagai alat untuk menunjang pembelajaran mereka.

III.            Mekanisme Pengajaran
1. Tunagrahita ( C )
Mekanisme pengajaran yang dapat diterapkan bisa sama dengan anak Sekolah Dasar pada umumnya. Bisa digunakan waktu 30-35 menit untuk setiap mata pelajarannya. Yaitu dengan 20 menit ceramah oleh guru dan 10 menit tanya jawab dengan siswa.
2. Tunagrahita ( C 1 )
Pada kelas ini mekanisme yang digunakan dapat digunakan waktu 120 menit. Dimana 15 menit pertama guru akan memperkenalkan alat, 30 menit selajutnya guru akan memperagakan keterampilan yang akan dilatih. 75 menit kemudian para peserta didik akan memperaktekkan keterampilan tersebut dan dibantu dengan guru.

IV.            Managemen Kelas
a.       Gaya Penataan Tunagrahita ( C )
Dapat digunakan gaya seminar yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah besar murid duduk berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U. Pada gaya ini guru akan lebih mudah untuk menjangkau murid-muridnya sehingga guru lebih mudah mengetahui apa yang dilakukan murid dan mengetahui apakah murid sudah mengerti atau tidak.

b.      Stategi Umum Tunagrahita ( C )
Dapat digunakan gaya otoritatif yaitu melibatkan murid dalam kerja sama give and take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Sehingga mereka mampu untuk berkerja sama dengan teman, tidak cepat puas, dan berusaha mencapai penghargaan tertinggi.

c.       Gaya Penataan Tunagrahita ( C 1 )
Dapat digunakan gaya klaster yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah murid berkerja dalam kelompok kecil. Pada gaya penyusunan kelas ini anak dapat berusaha untuk mengerjakan keterampilan mereka secara bersama-sama. Atau dapat juga digunakan gaya off-set yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah murid duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gaya ini dilakukan apabila guru ingin menguji murid satu per satu dengan keterampilan yang mereka miliki yang membutuhkan konsentrasi sehingga mereka tidak saling mengganggu satu sama lain.

d.      Strategi Umum Tunagrahita ( C 1 )
Dapat digunakan gaya otoritatif juga yaitu melibatkan murid dalam kerja sama give and take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Sehingga mereka mampu untuk berkerja sama dengan teman, tidak cepat puas, dan berusaha mencapai penghargaan tertinggi.

e.       Tujuan Pembelajaran (C)
§  Mengembangkan kemampuan akademik peserta didik secara optimal agar dapat mandiri dalam kehidupan.
§  Menyiapkan peserta didik agar memiliki dasar-dasar kecerdasan, pengetahuan, keperibadian, serta akhlak yang mulia.
§  Membekali peserta didik untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
§  Menyiapkan peserta didik agar dapat bersosialisasi di masyarakat.

f.       Tujuan Pembelajaran (C 1)
§  Mengembangkan non akademik peserta didik secara optimal agar mandiri dapat mandiri dalam kehidupan.
§  Menyiapkan peserta didik agar memiliki keterampilan untuk bekal hidup mandiri.
§  Mempersiapkan peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang trampil.
§  Menyiapkan peserta didik agar dapat bersosialisasi di masyarakat.

g.      Fasilitas (C)
§  Menyediakan guru-guru yang berkualitas yang mengerti tentang Anak Berkebutuhan Khusus dan memiliki pengalaman yang baik di bidang ini.
§  Menyediakan buku-buku yang berkualitas dan sesuai bagi peserta didik pada tingkatannya masing-masing.
§  Menyediakan ruang kelas yang nyaman dan aman untuk kegiatan belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.
§  Menyediakan alat peraga yang menunjang pada kegiatan belajar mengajar.
§  Menyediakan tempat bermain dan taman yang baik dan aman untuk peserta didik.

h.      Fasilitas (C1)
§  Menyediakan guru-guru yang berkualitas yang mengerti tentang Anak Berkebutuhan Khusus dan memiliki pengalaman yang baik di bidang ini.
§  Menyediakan alat dan bahan yang baik dan aman untuk mengembangkan keterampilan peserta didik.
§  Menyediakan ruang kelas yang nyaman dan aman untuk kegiatan belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.
§  Menyediakan rak-rak yang tersusun rapi untuk memajang hasil karya peserta didik.
§  Menyediakan tempat bermain dan taman yang baik dan aman untuk peserta didik.




Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa tunagrahita merupakan penyakit yang tidak pernah kita inginkan. Tetapi itulah karya Tuhan untuk Dia dipermuliakan. Dalam surat Paulus kepada jamaah yang ada di Korintus dikatakan sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia (1 Kor 1:25).
Jangan serta-merta meremehkan orang-orang tunagrahita karena potensi mereka itu lebih dari orang normal. Hanya saja butuh waktu dan pendidikan khusus bagi mereka. Saya mendapatkan satu kisah yang akan memberkati kita dari seseorang yang menyandang tunagrahita. “Let me win! But if I cannot win, let me brave in the attempt”. Demikian janji atlet spesial Olympic tersebut. Amos Berry Selly, berumur 25 tahun dan seorang Tunagrahita. Dia adalah seorang tunagrahita yang berjasa untuk bangsa. Dia meraih medali emas nomor lari 100 meter dengan waktu 11,3 detik pada Special Olympic World Summer Games tahun 1999 di Amerika Serikat. Dan pada tahun 2003 ia mempertahankan kembali prestasinya di Irlandia. Pencapaian yang luar biasa oleh seorang Tunagrahita.
Bukan menarik untuk kita pelajari bukan, orang-orang seperti ini akan membuat mata setiap pendengar melek dan tercengang-cengang untuk membaca kesaksian itu. Para Ahli boleh berkata mereka kurang dalam banyak hal, namun bila Tuhan yang memegang mereka apa yang harus kita katakan? Idiotkah? Bodohkah? Tololkah? Harusnya kita sadar bahwa orang-orang normal seperti kita ini harus menunjukan pada dunia kalau kita bisa, tapi sebaliknya kita seperti dibatasi dengan kata tidak bisa. Berhentilah kawan untuk berkata tidak bisa karena orang yang abnormal saja bisa membuat kita tercengan-cengang.
Satu kalimat yang sering kita dengar, mendung belum tentu hujan, dan abnormal belum tentu tidak bisa berbuat apa-apa.!

  

Minggu, 02 April 2017

Sebuah kisah yang akan saya kerjakan setelah selesai Studi Di Sulawesi.

Dimulai dari daerah Ampana yang adalah daerah pemekaran dari kabupaten Poso. Sebenarnya kalau melihat dari situasi di daerah ini tidak memungkinkan untuk dimekarkan karena sumberdaya manusia masih kurang. Apalgi ditambah pasca kerusuhan di Poso di tahun 2000-2002 membuat Ampana semakin sempit untuk dijajaki. Sepengetahuan saya, pada tahun 2004 Pdt. Rudy Baho pernah penginjilan di daerah ini khususnya di daerah bongka. Pada saat itu akses ketempat itu tidak seperti sekarang yang bisa dilalui oleh kendaraan bermotor dan perahu motor. Pada tahun-tahun itu mereka harus berjalan kaki untuk sampai kedaerah tujuan tersebut. Mereka harus melewati Gunung Pingsan(saya lupa namanya hanya artinya saja). Gunung ini dijuluki gunung pingsan karena bila tidak terbiasa melintasi daerah hutan yang lebat dengan gunung yang tinggi kita bisa saja pingsan karena kelelahan, tidak Cuma itu adalah satu lagi gunung yang sebut gunung Mantangisi (siapa yang mendaki digunung itu maka bukan saja pingsan tetapi menangis sampai pingsan). Ketika mereka pulang mereka naik rakit bambu buatan tangan sendiri dan turun mengikuti arus air, antara hidup dan mati.
Pada Desember 2016 kemarin, saya berkesempatan untuk datang didaerah itu bersama dengan Pdt. Rudy Baho dan tim Imanuel ministri. Satu kesempatan yang baik karena bisa melihat manusia ciptaan Tuhan yang berada dalam hutan yang begitu lebat dan kanopinya rapat. Untungnya kami tidak perlu jalan kaki seperti tahun 2004 silam sewaktu om ruddy jalan dengan timnya. Kendaraan bermitir sudah bisa melewati daerah itu, hanya saja kita perlu doa dan puasa agar hujan tidak turun, karena apabila turun habislah kita dan kita tidak dapat melanjutkan perjalanan karena jalan masi tanah liat belum ada sentuhan aspal di jalan tersebut. Perjalanan memakan waktu 7 jam dari tempat saya, 4 jam sampai ujung jalan tersebut, 1 jam kita harus melewati jalur air dengan menggunakan perahu motor, satu jam naik sendal, atau jalan kaki. Betapa kejamnya daerah itu namun itulah ciptaan Tuhan, lebih kejam lagi saat saya tahu bahwa ada manusia hidup.
Sesampai disitu kami langsung melanjutkan pelayanan. Selesailah cerita hari itu hehehehe.  Paginya saya mencoba jalan-jalan dikampung itu, sembari melihat gunung dan padang rumput yang luas dan mengucap syukur kepada Yesus yang maha kuasa atas ciptaannya yang begitu indah. Entah mengapa saya tertuju ke satu tempat yang disebut disana Baruga atau kita kenal dengan Pedopo yah? Yah gitulah, terperanjatnya diri ini ketika melihat bahwa itu adalah tempat dimana mereka belajar, memangsih sudah banyak orang yang datang kesitu, namun tidak ada yang mau tinggal menetap disitu dalam waktu yang lama, kursi dan meja yang seadanya, papan tulis dengan ukuran panjag 1,5 x lebar 4 meter di bagi 3 dan di ajar dengan seadanya, dan mungkin gurunya hanya orang-orang distu yang sudah pernah mengenyam pendidikan SD, atau SMP. Sebenarnya setelah melihat hal itu saya sudah memikirkan untuk membangun sebuah sekolah yang layak untuk anak-anak di tempat itu. sekembalinya saya dari situ saya mulai memperhatikan satu persatu penduduk dikampung itu, ada yang sudah terbuka dengan dunia luar tapi masih juga ada yang liar.
Ini awal dari ilham Roh itu dalam kepala saya. Saya mulai mendalami lagi observasi saya didaerah itu, ternyata ada kerabat Om rudy yang mempunyai pelayan misi didaerah gunung mantangisi itu. kata Pdt itu bahwa disitu lebih liar lagi manusianya. Wah memang orang sulawesi ini pada liar yah. Saya teringat bahwa ada tiga suku besar didaerah tengah sulawesi itu yaitu, Pamona (suku saya), Wana (suku orang-orang ini) dan suku Lore daerah gunung sebelah barat Kota Poso, hanya saja orang pamona dan Bada sudah 96% terbuka dengan pengaruh luar. Ketiga suku ini adalah suku asli pegunungan didaerah sulawesi tengah. Ketiganya suku perang pada tahun 1700-1800 akhir. Namu suku wana yang masih eksis menjaga budaya dan daeranya dan menutup diri dari dunia luar. Daerah ini awal tahun ini akan dibangun PLTA yang dikerjakan oleh PT. Soma Power Indonesia. Ini peluang sebagaimana yang dijelaskan oleh Om Bang Elia 20% ke masyarakat dari hasil pajak perusahaan, artinya ada dana segar yang bergulir nantinya. Bila itu terlaksana dengan baik maka apa yang akan saya kerjakan ini bisa dipercepat, hanya saja pesa Om bang Elia kalau dilapangan jangan pernah percaya sama Orang, percaya sama Yesus saja.
Lanjut, pikir saya kalau daerah itu hanya mapala yang ada didaerah Poso, Palu, Ampana, dan Luwuk yang pernah ke daerah ini. Mapala MAHITALA UNPAR (Universitas Katholik Parahyangan Bandung) pernah kesitu cui. Kita dapat lagi satu bahan ajar, pengajar, dan ilmu yang bisa bermanfaat untuk orang-orang di daerah itu, bukan memanfaatkan mereka yah. Karena itu setelah saya memikirkan hal-hal ini. Maka akan ada banyak pengaruh yang saya bisa bawah, salah satunya penambahan Ilmu dari mapala UNPAR kepada Mapala-mapala Lokal. Kerenkan? Nah, apakah itu bisa mengahasilkan sebuah karya yang memuaskan? Butet Manurung dalam wawancara di Talkshow Mata Najwa mengemukakan beliau takut kalau apa yang diberikan kepada dia itu tidak akan berkembang. Ini juga yang akhirnya saya pikirkan, bila nanti saya menikah, apakah saya akan berada dihutan itu terus? Hahaha ngak usahlah dulu memikirkan itu karena saya belum akan menikah secepat-cepatnya.

Kalau di salatiga Unsur Tanah dan air sebagai sarana untuk melesatarikan alam, maka saya juga akan memakai unsur yang sama. Namun disini berbeda dengan yang ada disana, kalau disini untuk melestarikan lingkungan kalau disana mengupayakan untuk alam tetap lestari. Nah degan ini saya menganggap apa yang akan saya buat sudah jelas.

Strategi Belajar Pendidikan Agama Kristen


1.      Menurut Nana Sudjana, Garis besar haluan bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang ingin dicapai.
2.      Abu Ahmadi, Pola umum kegiatan guru dan murid dalam perwujudan, pencapain, tujuan belajar mengajar.
3.      Kesimpulannya adalah sesuatu keputusan bertindak dari seorang guru dengan menggunakan kecakapan atau keahlian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. LB kata strategi yaitu Strategos.
4.      Fungsinya dengan strategi guru akan mempunyai pedoman, dalam melaksanakan PBM. Manfaatnya memmudahkan guru dalam melaksanakan Tugas. Jika seorangguru atau pengajar tidak memiliki dan tidak memiliki strategi dalam mengajar, maka prosesnya tanpa arah yang jelas.
5.      Strategi pembelajaran dari Tokoh Pendidikan yaitu, Gagne dan Brigs. Ada 5 stretgi mereka

1.      Berdasarkan pengaturan Siswa dan Guru
·         Pengaturan cara belajar tatap muka dan alat elektronik
·         Kelas Individual
2.      Struktur peristiwa belajar atau ivent pelajaran
·         Cara mengajar tertutup semua materi, media, tugas, Karya Ilmiah, LKS disiapkan semuanya oleh guru. Dan guru tidak boleh menyimpang sedikitpun dari apa yang dibuat.
·         Cara mengajar terbuka semua tidak dipersiapkan oleh guru saja tetapi bersama-sama
·         Peranan guru dalam mengelolah pesan, semua materi yang disampaikan oleh guru, diolah tuntas oleh guru sebelum disampaikan oleh murid dan kemungkinan adanya pertanyaan yang kurang jelas telah dipelajari oleh guru sebelumnya.
·         Ekspositorik, di eksppos
·         Hipotetik,
3.      Mengelolah pesan atau menarik kesimpulan,
4.      Tujuan Belajar, Bertambah rana Intelekktual, Kognigtif, menambah kata-kata verbal, Ketrampilan, Sikap dan nilai.


6. Strategi Pembelajaran Bruce dan Marshall Well.
·         Model-model mengelolah informasi, dengan konsep.
·         Pencapaian Konsep artinya dalam lingkunngan pembelajaran, ada berbagai macam atau beraneka-ragam dan semua peserta didik harus bisa membedah-bedahkan.
·         Model pemandu awal (Cara atau teknik untuk memulai pembelajaran).
·         Model Kiat pelatihan ataau penelitian, belajar itu adalah membantu siswa menerapkan disiplin ilmu yang dimilikinya dengan cara mengajukan pertanyaan, mencari jawaban berdasarkan rasa ingin tahunya sendiri.

·         Model Pengembangan Intelektual dan interaksi sosial.
·         Cara membangun interaksi sosial, dengan cara bermain peran.
·         Model penelitian yudisprudential (membantu peserta didik berpikir secara sistematis tentang isu-isu mutakhir yang bersifat kotroversial)
·         Model Investigasi Kelompok, menyelidiki perkembangan sosial yang ada di masyarakat denga cara :
·          Mengetahui apa yang terjadi di kelas
·         Menghubungkan dengannya dengan staf Ahli
·         Dan menarik kesimpulan
·         Penelitian Laboratorium, mengetahui perkembangan sosial yang ada diluar kelas dengan cara mengajar anak keluar dari kelas.

·         Kelompok personal
·         Pengajaran tanpa arahan
·         Pelatihan kesadaran (membantu peserta didik atau siswa untuk terlibat dalam aktifitas di kelas)
·         Pertemuan kelas (guru harus mendengarkan apa yang terjadi didalam kelas/apa yang menyebakan menurunnya kesadaran diri dengan cara buat Tatib(tata tertib) dan konsekuaensinya.

·         Model Sistem perilaku,

·         Kontrol diri, Dapat mengatur diri sendiri dan membangun hubungan dengan orag lain jika terjadi perubahan tingkah laku harus dicari tahu apa penyebabnya.
·         Aseltip, mengungkapkan perasaan secara jujur dan langsung terhadap teman.

7. Prinsip-prinsip megajar
·         Azas Didaktik (Cakap mengajar)
·         Macam Cakap Mengajar Motivasi
o   Kebutuhan Fisiologis
o   Kebutuhan Rasa Aman
o   Kebutuhan Cinta dan Kasih
o   Kebutuhan akan mewujudkan diri sendiri
·         Individualitas, cara pengajaran harus sesuai dengan kesanggupan peserta didik.
Cara mengajar anak yang pandai, beri banyak tugas yang banyak diluar jam sekolah. Untuk anak yang kurang pandai ajarkan berulang-ulang, dan lebih sabar untuk mengajar, dan harus lebih banyak waktunya, gunakan banyak alat peraga.
·         Akitifitas, kegiatan-kegiatan yang di lakukan didalam PBM disebut aktifitas.
o   Aktifitas Visual, melihat, mengamati, menyelidiki, melirik, dsb
o   Aktifitas Oral, berbicara, berdiskusi, dsb
o   Aktifitas Lsitening, mendengarkan apa saja dsb.
o   Aktifitas Writing, Menulis, mencatat,
o   Aktifitas Drawing, Menggambar,
o   Motorik Aktiitas,
o   Mental Aktifitas,
o   Aktifitas Emosional

·         Lingkungan adalah sumber pendidikan (Laboratorium, untuk memperkaya pengajaran).
o   Karya Wisata
o   Surfey
o   Interview
o   Perkemahan Sekolah. (Positif Perkemahan, gotong royong, relasi, kreatif, mandiri)

·         Kerja sama Kelompok (Koperatif)
·         Korelasi hubungan antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lainnya.
·         Konsentrasi adalah pusat suatu pengajaran atau pelajaran diambil satu pokok terpenting dan diajarkan dalam tahapan yang berbeda-beda. Contohnya :
o   Konsentrasi S atau seluruh
o   Konsentrasi B atau bagian
o   Konsentrasi campuran
·         Peragaan

Kegiatan mengajar dan Kegiatan manajemen kelas,
-          Mengajar adalah kegitan guru secara langsung, menggiatkan peserta didik untuk mencapai tujuan pelajaran. Contoh; Menyampaikan materi, menerangkan, diskusi, memberi pertanyaan dsb.
-          Manajemen kelas adalah kegiatna yang diberikan oleh guru untuk menciptkan dan mempertahankan suasana kelas agar PBM dapat berlangsung dengan efisien. Contoh; menbangun hubungan yang baik dengan murid, menyapa, menegur, menghentikan tindakan penyimpangan.
Tujuan mengajar dan manajement adalah menyediakan, menyiapkan, bahkan menciptakan pola perilaku yang dapat memberi kemudahan dalam pencapaian Tujuan tertentu.
Spesifik manejemen kelas
·         Meghilangkan berbagai macam hambatan dalam pembelajaran
·         Mewujudkan sikon lingkungan belajar maupun kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik berkembang dengan maksimal.
·         Mengatur dan menyediakan semua fasilitas yang mendukung Proses belajar mengajar.
·         Membina dan mendidik siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya.
Masalah-masalah manejemen kelas;
·         Masalah individual (perorangan), tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian dari orang lain, tingkah laku ingin menonjolkan kekuatan, tingkah laku menyakiti orang lain.
·         Usia anak sekolah 4 tingkah laku yang dominan yaitu
o   Pola aktif kostruktif ini adalah orang yang ambisius, ingin jadi Super Star,
o   Aktif Destruktif , tingkah laku emosi yang berlebihan.
o   Pasif  Kontruktif, Lamban, sering suka di bantu, terlalu minta tolong.
o   Pasif Destruktif, Ini menunjukan sifat malas dan keras kepala
·         Masalah Kelompok,
o   Penyimpangan yang telah disepakati sebelumnya.
o   Pelanggaran Norma sosial
·         Pendekatan untuk masalah atau penyimpangan dalam kelas
o   Pendekatan otoriter,
o   Pendekatan intimidasi (pengendalian perilaku peserta didik)
o   Pendekatan buku masak. Buku masak adalah buku yang berisi dengan daftar-daftar yang beisi perilaku atau tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang guru, dalam menghadapi penyimpangan dalam kelas
o   Pendekatan intruksional, pendekatan yang berdasarkan instruksional bahwa pengajaran yang di ajarkan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar dalam kinerja kelas.
o   Pendekatan pengubahan tingkah laku yaitu;
1.      Penguatan positif
2.      Hukuman (beri Tugas, mengulang Tugas)
3.      Penghentian
·         Pendekatan Iklim sosial emosional yaitu membangu hubungan yang positif dalam guru dan murid, saling menghargai, menerima, mendengarkan.
Prosedur dan rancangan manajemen kelas
·         Tindakan pencegahan prefentif
·         Guru cepat tanggap
·         Guru Perhatian
·         Tindakan Kuraktif atau penyembuhan adalah tindakan yang dilakukan saat terjadi dan sesudah.
·         Langkah2 pencegahan kedua hal ini.

§  Peningkatan kesadaran guru, sabar, demokratif, stabil,
§  Murid harus tahu hak dan kewajiban, murid harus belajar terbuka, mengerti, kebutuhan guru dan murid lainnya.
§  Sikap polos dan tulus dari guru dan tidak pura2.
Pengaturan kondisi
1.      Fisik
2.      Sosio Emosional
a.       Guru harus menjadi model yang bisa di contohi, dan bisa di ikuti.
b.      Guru sebagai pembimbing
c.       Guru sebagai fasilatator
d.      Suara Guru
3.      Sosio Organisasional
a.       Peraturan kegiatan
b.      Administrasi
Jenis-jenis gangguan kelas
§  Percakapan
§  Penolakan permohonan guru

§  Perpindahan situasi

Ki Hajar Dewantara Pejuang Pendidikan

Tokoh Pendidikan Ki Hajar Dewantara                         Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar D...