Kamis, 06 April 2017

Penanganan Tunagrahita dengan Pendidikan Agama Kristen

1.      Pengertian tunagrahita
Tuna grahita merupakan keterbatasan individu yang terhadap mental dan intelek yang membatasi mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan dimana mereka berada. Tunagrahita sering kita kenal dengan istilah seperti autis. Kita tahu bahwa individu yang autis adalah orang yang terganggu pikirannya dan selalu berpikir dengan cara yang tidak biasa. Untuk memperjelas maka saya mencantumkan beberapa pendapat para ahli tentang Tunagrahita.
2.      Tunagrahita Menurut Para Ahli
Tunagrahita Menurut Para Ahli :
§  Grossman (Krik & Gallagher, 1986:116), Tunagrahita mengacu pada fungsi intelek umum yang nyata berada di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan.
§  Amin (1995:15), Anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, mengalami hambatan tingkah laku, penyesuaian dan terjadi pada masa perkembangannya.
§  Klasifikasi anak tunagrahita menurut AAMD (American Assosiation on Mental Deficiency) dan PP No. 72 tahun 1991 dalam Amin (1995:22-24) klasifikasi anak tunagrahita terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut :

o   Tunagrahita ringan (Debil)
Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.
o   Tunagrahita sedang (Imbesil)
Anak tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat “tanggung jawab sosial” dan mencapai penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.
o   Tunagrahita berat dan sangat berat (Idiot)
Anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk di latih mengurus diri sendiri melakukan sosialisasi dan bekerja. Di antara mereka (sampai batas tertentu) ada yang dapat mengurus diri sendiri dan dapat berkomunikasi secara sederhana serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang sangat terbatas.


3.      Isi
Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation). Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yng ditandai dengan lemahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual. Selain intelegensinya rendah anak retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan berkembang. Sebelum muncul tes formal untuk menilai kecerdasan, orang reterdasi mental di anggap sebagai orang yang tidak dapat menguasai keahlian yang sesuai dengan umurnya dan tidak merawat dirinya sendiri. Menurut beberapa sumber yang saya temukan reterdasi mental juga dibagi menjadi beberapa bagian guna mengetahui sejauh mana tiap penyandang tunagrahita terganggu mentalnya :
1. Retardasi mental ringan ( IQ 55-70)
Individu dengan retardasi mental ringan dapat mengembangkan kemampuan akademiknya hingga kelas 5 atau 6 sekolah dasar.
2. Retardasi mental moderat ( IQ 40-54 )
Individu dengan kategori retardasi mental moderat dapat mengembangan keahlian seperti merawat diri, pertahanan diri dan sebagainya. Dapat berkembang hingga kurang lebih umur 7 tahun pada anak normal.
3.  Retardasi mental berat ( IQ 25-39 )
Individu dengan kategori ini sangat membutuhkan bantuan orang lain dalam kehidupannya sehari-hari.
4.  Retardasi mental parah ( IQ < 25 )
Individu dengan retardasi mental parah memerlukan perawatan yang lebih lanjut.

I.            Karakteristik anak tunagrahita menurut Mohammad Amin (1995:37), adalah sbb :

v  Karakteristik anak tunagrahita ringan
    Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan katanya, mengalami kesukaran berfikir abstrak tetapi masih mampu mengikuti kegiatan akademik dalam batas-batas tertentu. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan umur 12 tahun.

v  Karakteristik anak tunagrahita sedang
    Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pembelajaran akademik, mereka umumnya dilatih untuk merawat diri dan aktifitas sehari-hari. Pada umur dewasa baru mencapai tingkat kecerdasan yang sama dengan anak umur 7 tahun.
v  Karakteristik anak tunagrahita berat
    Anak tunagrahita berat sepanjang hidupnya selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri, tidak dapat membedakan bahaya, kurang dapat bercakap-cakap, kecerdasannya hanya dapat berkembang paling tinggi sepeti anak normal yang berusia 3-4 tahun.

II.            Metode Pengajaran
Tunagrahita ( C )
Untuk anak SLB-C atau mampu didik metode pengajaran yang dapat digunakan adalah metode ceramah oleh guru seperti pada tingkat Sekolah Dasar lainnya. Dalam hal ini guru menerangkan materi yang diajarkan. Setelah itu guru dapat melakukan tanya jawab dengan murid sehingga murid lebih mampu untuk mengerti apa yang diajarkan. Guru juga bisa menggunakan alat peraga untuk beberapa pelajaran agar anak lebih tertarik untuk belajar dan mampu untuk mengingat lebih baik materi pembelajarannya. Setiap minggunya juga dapat dibuat pelaporan kinerja sehingga guru dapat mengetahui perkembangan anak secara baik juga memberikan reward bagi anak yang berkembang dengan baik dan disiplin dalam kelas.
Tunagrahita ( C 1 )
Untuk anak SLB-C1 atau mampu latih metode pengajaran yang dapat digunakan adalah ceramah secara efektif dengan menggunakan kontak mata yang baik, isyarat, juga suara yang jelas. Guru dapat membangun komunikasi yang baik dengan murid sehingga murud merasa nyaman saat belajar. Karena mereka merupakan murid yang mampu didik maka harus disediakan berbagai alat untuk menunjang pembelajaran mereka.

III.            Mekanisme Pengajaran
1. Tunagrahita ( C )
Mekanisme pengajaran yang dapat diterapkan bisa sama dengan anak Sekolah Dasar pada umumnya. Bisa digunakan waktu 30-35 menit untuk setiap mata pelajarannya. Yaitu dengan 20 menit ceramah oleh guru dan 10 menit tanya jawab dengan siswa.
2. Tunagrahita ( C 1 )
Pada kelas ini mekanisme yang digunakan dapat digunakan waktu 120 menit. Dimana 15 menit pertama guru akan memperkenalkan alat, 30 menit selajutnya guru akan memperagakan keterampilan yang akan dilatih. 75 menit kemudian para peserta didik akan memperaktekkan keterampilan tersebut dan dibantu dengan guru.

IV.            Managemen Kelas
a.       Gaya Penataan Tunagrahita ( C )
Dapat digunakan gaya seminar yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah besar murid duduk berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U. Pada gaya ini guru akan lebih mudah untuk menjangkau murid-muridnya sehingga guru lebih mudah mengetahui apa yang dilakukan murid dan mengetahui apakah murid sudah mengerti atau tidak.

b.      Stategi Umum Tunagrahita ( C )
Dapat digunakan gaya otoritatif yaitu melibatkan murid dalam kerja sama give and take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Sehingga mereka mampu untuk berkerja sama dengan teman, tidak cepat puas, dan berusaha mencapai penghargaan tertinggi.

c.       Gaya Penataan Tunagrahita ( C 1 )
Dapat digunakan gaya klaster yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah murid berkerja dalam kelompok kecil. Pada gaya penyusunan kelas ini anak dapat berusaha untuk mengerjakan keterampilan mereka secara bersama-sama. Atau dapat juga digunakan gaya off-set yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah murid duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gaya ini dilakukan apabila guru ingin menguji murid satu per satu dengan keterampilan yang mereka miliki yang membutuhkan konsentrasi sehingga mereka tidak saling mengganggu satu sama lain.

d.      Strategi Umum Tunagrahita ( C 1 )
Dapat digunakan gaya otoritatif juga yaitu melibatkan murid dalam kerja sama give and take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Sehingga mereka mampu untuk berkerja sama dengan teman, tidak cepat puas, dan berusaha mencapai penghargaan tertinggi.

e.       Tujuan Pembelajaran (C)
§  Mengembangkan kemampuan akademik peserta didik secara optimal agar dapat mandiri dalam kehidupan.
§  Menyiapkan peserta didik agar memiliki dasar-dasar kecerdasan, pengetahuan, keperibadian, serta akhlak yang mulia.
§  Membekali peserta didik untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
§  Menyiapkan peserta didik agar dapat bersosialisasi di masyarakat.

f.       Tujuan Pembelajaran (C 1)
§  Mengembangkan non akademik peserta didik secara optimal agar mandiri dapat mandiri dalam kehidupan.
§  Menyiapkan peserta didik agar memiliki keterampilan untuk bekal hidup mandiri.
§  Mempersiapkan peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang trampil.
§  Menyiapkan peserta didik agar dapat bersosialisasi di masyarakat.

g.      Fasilitas (C)
§  Menyediakan guru-guru yang berkualitas yang mengerti tentang Anak Berkebutuhan Khusus dan memiliki pengalaman yang baik di bidang ini.
§  Menyediakan buku-buku yang berkualitas dan sesuai bagi peserta didik pada tingkatannya masing-masing.
§  Menyediakan ruang kelas yang nyaman dan aman untuk kegiatan belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.
§  Menyediakan alat peraga yang menunjang pada kegiatan belajar mengajar.
§  Menyediakan tempat bermain dan taman yang baik dan aman untuk peserta didik.

h.      Fasilitas (C1)
§  Menyediakan guru-guru yang berkualitas yang mengerti tentang Anak Berkebutuhan Khusus dan memiliki pengalaman yang baik di bidang ini.
§  Menyediakan alat dan bahan yang baik dan aman untuk mengembangkan keterampilan peserta didik.
§  Menyediakan ruang kelas yang nyaman dan aman untuk kegiatan belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.
§  Menyediakan rak-rak yang tersusun rapi untuk memajang hasil karya peserta didik.
§  Menyediakan tempat bermain dan taman yang baik dan aman untuk peserta didik.




Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa tunagrahita merupakan penyakit yang tidak pernah kita inginkan. Tetapi itulah karya Tuhan untuk Dia dipermuliakan. Dalam surat Paulus kepada jamaah yang ada di Korintus dikatakan sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia (1 Kor 1:25).
Jangan serta-merta meremehkan orang-orang tunagrahita karena potensi mereka itu lebih dari orang normal. Hanya saja butuh waktu dan pendidikan khusus bagi mereka. Saya mendapatkan satu kisah yang akan memberkati kita dari seseorang yang menyandang tunagrahita. “Let me win! But if I cannot win, let me brave in the attempt”. Demikian janji atlet spesial Olympic tersebut. Amos Berry Selly, berumur 25 tahun dan seorang Tunagrahita. Dia adalah seorang tunagrahita yang berjasa untuk bangsa. Dia meraih medali emas nomor lari 100 meter dengan waktu 11,3 detik pada Special Olympic World Summer Games tahun 1999 di Amerika Serikat. Dan pada tahun 2003 ia mempertahankan kembali prestasinya di Irlandia. Pencapaian yang luar biasa oleh seorang Tunagrahita.
Bukan menarik untuk kita pelajari bukan, orang-orang seperti ini akan membuat mata setiap pendengar melek dan tercengang-cengang untuk membaca kesaksian itu. Para Ahli boleh berkata mereka kurang dalam banyak hal, namun bila Tuhan yang memegang mereka apa yang harus kita katakan? Idiotkah? Bodohkah? Tololkah? Harusnya kita sadar bahwa orang-orang normal seperti kita ini harus menunjukan pada dunia kalau kita bisa, tapi sebaliknya kita seperti dibatasi dengan kata tidak bisa. Berhentilah kawan untuk berkata tidak bisa karena orang yang abnormal saja bisa membuat kita tercengan-cengang.
Satu kalimat yang sering kita dengar, mendung belum tentu hujan, dan abnormal belum tentu tidak bisa berbuat apa-apa.!

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ki Hajar Dewantara Pejuang Pendidikan

Tokoh Pendidikan Ki Hajar Dewantara                         Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar D...