1.
Pengertian tunagrahita
Tuna grahita merupakan keterbatasan
individu yang terhadap mental dan intelek yang membatasi mereka untuk
beradaptasi dengan lingkungan dimana mereka berada. Tunagrahita sering kita
kenal dengan istilah seperti autis. Kita tahu bahwa individu yang autis adalah
orang yang terganggu pikirannya dan selalu berpikir dengan cara yang tidak
biasa. Untuk memperjelas maka saya mencantumkan beberapa pendapat para ahli tentang
Tunagrahita.
2.
Tunagrahita Menurut Para
Ahli
Tunagrahita Menurut Para Ahli :
§
Grossman (Krik & Gallagher, 1986:116),
Tunagrahita mengacu
pada fungsi intelek umum yang nyata berada di bawah rata-rata bersamaan dengan
kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan.
§
Amin (1995:15), Anak yang memiliki
kecerdasan di bawah rata-rata, mengalami hambatan tingkah laku, penyesuaian dan
terjadi pada masa perkembangannya.
§
Klasifikasi anak tunagrahita menurut AAMD (American Assosiation
on Mental Deficiency) dan PP No. 72 tahun 1991 dalam Amin (1995:22-24)
klasifikasi anak tunagrahita terbagi menjadi tiga kelompok sebagai
berikut :
o
Tunagrahita ringan (Debil)
Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya
dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk
berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan
bekerja.
o
Tunagrahita sedang (Imbesil)
Anak tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan
adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar
keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat
“tanggung jawab sosial” dan mencapai penyesuaian sebagai pekerja dengan
bantuan.
o
Tunagrahita berat dan sangat berat
(Idiot)
Anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak
memiliki kemampuan untuk di latih mengurus diri sendiri melakukan sosialisasi
dan bekerja. Di antara mereka (sampai batas tertentu) ada yang dapat mengurus
diri sendiri dan dapat berkomunikasi secara sederhana serta dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitarnya yang sangat terbatas.
3.
Isi
Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal
juga retardasi mental (mental retardation). Retardasi mental adalah kondisi
sebelum usia 18 tahun yng ditandai dengan lemahnya kecerdasan (biasanya nilai
IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Ciri
utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual. Selain
intelegensinya rendah anak retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan
berkembang. Sebelum muncul tes formal untuk menilai kecerdasan, orang reterdasi
mental di anggap sebagai orang yang tidak dapat menguasai keahlian yang sesuai
dengan umurnya dan tidak merawat dirinya sendiri. Menurut beberapa sumber yang
saya temukan reterdasi mental juga dibagi menjadi beberapa bagian guna
mengetahui sejauh mana tiap penyandang tunagrahita terganggu mentalnya :
1. Retardasi mental
ringan ( IQ 55-70)
Individu dengan
retardasi mental ringan dapat mengembangkan kemampuan akademiknya hingga kelas
5 atau 6 sekolah dasar.
2. Retardasi mental
moderat ( IQ 40-54 )
Individu dengan
kategori retardasi mental moderat dapat mengembangan keahlian seperti merawat
diri, pertahanan diri dan sebagainya. Dapat berkembang hingga kurang lebih umur
7 tahun pada anak normal.
3. Retardasi mental berat ( IQ 25-39 )
Individu dengan
kategori ini sangat membutuhkan bantuan orang lain dalam kehidupannya
sehari-hari.
4. Retardasi mental parah ( IQ < 25 )
Individu dengan
retardasi mental parah memerlukan perawatan yang lebih lanjut.
I.
Karakteristik
anak tunagrahita menurut Mohammad Amin (1995:37), adalah sbb :
v
Karakteristik
anak tunagrahita ringan
Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar
berbicara tetapi kurang perbendaharaan katanya, mengalami kesukaran berfikir
abstrak tetapi masih mampu mengikuti kegiatan akademik dalam batas-batas
tertentu. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan
umur 12 tahun.
v
Karakteristik
anak tunagrahita sedang
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa
mempelajari pembelajaran akademik, mereka umumnya dilatih untuk merawat diri
dan aktifitas sehari-hari. Pada umur dewasa baru mencapai tingkat kecerdasan
yang sama dengan anak umur 7 tahun.
v
Karakteristik
anak tunagrahita berat
Anak tunagrahita berat sepanjang hidupnya
selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat
memelihara diri, tidak dapat membedakan bahaya, kurang dapat bercakap-cakap,
kecerdasannya hanya dapat berkembang paling tinggi sepeti anak normal yang
berusia 3-4 tahun.
II.
Metode
Pengajaran
Tunagrahita ( C )
Untuk anak SLB-C
atau mampu didik metode pengajaran yang dapat digunakan adalah metode ceramah
oleh guru seperti pada tingkat Sekolah Dasar lainnya. Dalam hal ini guru menerangkan
materi yang diajarkan. Setelah itu guru dapat melakukan tanya jawab dengan
murid sehingga murid lebih mampu untuk mengerti apa yang diajarkan. Guru juga
bisa menggunakan alat peraga untuk beberapa pelajaran agar anak lebih tertarik
untuk belajar dan mampu untuk mengingat lebih baik materi pembelajarannya.
Setiap minggunya juga dapat dibuat pelaporan kinerja sehingga guru dapat
mengetahui perkembangan anak secara baik juga memberikan reward bagi anak yang
berkembang dengan baik dan disiplin dalam kelas.
Tunagrahita ( C 1 )
Untuk anak SLB-C1
atau mampu latih metode pengajaran yang dapat digunakan adalah ceramah secara
efektif dengan menggunakan kontak mata yang baik, isyarat, juga suara yang
jelas. Guru dapat membangun komunikasi yang baik dengan murid sehingga murud
merasa nyaman saat belajar. Karena mereka merupakan murid yang mampu didik maka
harus disediakan berbagai alat untuk menunjang pembelajaran mereka.
III.
Mekanisme
Pengajaran
1. Tunagrahita ( C
)
Mekanisme
pengajaran yang dapat diterapkan bisa sama dengan anak Sekolah Dasar pada
umumnya. Bisa digunakan waktu 30-35 menit untuk setiap mata pelajarannya. Yaitu
dengan 20 menit ceramah oleh guru dan 10 menit tanya jawab dengan siswa.
2. Tunagrahita ( C
1 )
Pada kelas ini
mekanisme yang digunakan dapat digunakan waktu 120 menit. Dimana 15 menit
pertama guru akan memperkenalkan alat, 30 menit selajutnya guru akan
memperagakan keterampilan yang akan dilatih. 75 menit kemudian para peserta
didik akan memperaktekkan keterampilan tersebut dan dibantu dengan guru.
IV.
Managemen
Kelas
a.
Gaya
Penataan Tunagrahita ( C )
Dapat digunakan
gaya seminar yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah besar murid duduk
berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U. Pada gaya ini guru akan lebih
mudah untuk menjangkau murid-muridnya sehingga guru lebih mudah mengetahui apa
yang dilakukan murid dan mengetahui apakah murid sudah mengerti atau tidak.
b.
Stategi
Umum Tunagrahita ( C )
Dapat digunakan
gaya otoritatif yaitu melibatkan murid dalam kerja sama give and take dan menunjukkan
sikap perhatian kepada mereka. Sehingga mereka mampu untuk berkerja sama dengan
teman, tidak cepat puas, dan berusaha mencapai penghargaan tertinggi.
c.
Gaya
Penataan Tunagrahita ( C 1 )
Dapat digunakan
gaya klaster yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah murid berkerja dalam
kelompok kecil. Pada gaya penyusunan kelas ini anak dapat berusaha untuk
mengerjakan keterampilan mereka secara bersama-sama. Atau dapat juga digunakan
gaya off-set yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah murid duduk di bangku
tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gaya ini dilakukan
apabila guru ingin menguji murid satu per satu dengan keterampilan yang mereka
miliki yang membutuhkan konsentrasi sehingga mereka tidak saling mengganggu
satu sama lain.
d.
Strategi
Umum Tunagrahita ( C 1 )
Dapat digunakan
gaya otoritatif juga yaitu melibatkan murid dalam kerja sama give and take dan
menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Sehingga mereka mampu untuk berkerja
sama dengan teman, tidak cepat puas, dan berusaha mencapai penghargaan
tertinggi.
e.
Tujuan
Pembelajaran (C)
§
Mengembangkan
kemampuan akademik peserta didik secara optimal agar dapat mandiri dalam
kehidupan.
§
Menyiapkan
peserta didik agar memiliki dasar-dasar kecerdasan, pengetahuan, keperibadian,
serta akhlak yang mulia.
§
Membekali
peserta didik untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
§
Menyiapkan
peserta didik agar dapat bersosialisasi di masyarakat.
f.
Tujuan
Pembelajaran (C 1)
§
Mengembangkan
non akademik peserta didik secara optimal agar mandiri dapat mandiri dalam
kehidupan.
§
Menyiapkan
peserta didik agar memiliki keterampilan untuk bekal hidup mandiri.
§
Mempersiapkan
peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang trampil.
§
Menyiapkan
peserta didik agar dapat bersosialisasi di masyarakat.
g.
Fasilitas
(C)
§
Menyediakan
guru-guru yang berkualitas yang mengerti tentang Anak Berkebutuhan Khusus dan
memiliki pengalaman yang baik di bidang ini.
§
Menyediakan
buku-buku yang berkualitas dan sesuai bagi peserta didik pada tingkatannya
masing-masing.
§
Menyediakan
ruang kelas yang nyaman dan aman untuk kegiatan belajar mengajar sehingga
proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.
§
Menyediakan
alat peraga yang menunjang pada kegiatan belajar mengajar.
§
Menyediakan
tempat bermain dan taman yang baik dan aman untuk peserta didik.
h.
Fasilitas
(C1)
§
Menyediakan
guru-guru yang berkualitas yang mengerti tentang Anak Berkebutuhan Khusus dan
memiliki pengalaman yang baik di bidang ini.
§
Menyediakan
alat dan bahan yang baik dan aman untuk mengembangkan keterampilan peserta
didik.
§
Menyediakan
ruang kelas yang nyaman dan aman untuk kegiatan belajar mengajar sehingga
proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.
§
Menyediakan
rak-rak yang tersusun rapi untuk memajang hasil karya peserta didik.
§
Menyediakan
tempat bermain dan taman yang baik dan aman untuk peserta didik.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa tunagrahita
merupakan penyakit yang tidak pernah kita inginkan. Tetapi itulah karya Tuhan
untuk Dia dipermuliakan. Dalam surat Paulus kepada jamaah yang ada di Korintus
dikatakan sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia
yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia (1 Kor 1:25).
Jangan serta-merta meremehkan orang-orang tunagrahita karena potensi mereka
itu lebih dari orang normal. Hanya saja butuh waktu dan pendidikan khusus bagi
mereka. Saya mendapatkan satu kisah yang akan memberkati kita dari seseorang
yang menyandang tunagrahita. “Let me win! But if I cannot win, let me brave in
the attempt”. Demikian janji atlet spesial Olympic tersebut. Amos Berry Selly,
berumur 25 tahun dan seorang Tunagrahita. Dia adalah seorang tunagrahita yang
berjasa untuk bangsa. Dia meraih medali emas nomor lari 100 meter dengan waktu
11,3 detik pada Special Olympic World Summer Games tahun 1999 di Amerika
Serikat. Dan pada tahun 2003 ia mempertahankan kembali prestasinya di Irlandia.
Pencapaian yang luar biasa oleh seorang Tunagrahita.
Bukan menarik untuk kita pelajari bukan, orang-orang seperti ini akan
membuat mata setiap pendengar melek dan tercengang-cengang untuk membaca
kesaksian itu. Para Ahli boleh berkata mereka kurang dalam banyak hal, namun
bila Tuhan yang memegang mereka apa yang harus kita katakan? Idiotkah?
Bodohkah? Tololkah? Harusnya kita sadar bahwa orang-orang normal seperti kita
ini harus menunjukan pada dunia kalau kita bisa, tapi sebaliknya kita seperti
dibatasi dengan kata tidak bisa. Berhentilah kawan untuk berkata tidak bisa
karena orang yang abnormal saja bisa membuat kita tercengan-cengang.
Satu kalimat yang sering kita dengar, mendung belum tentu hujan, dan
abnormal belum tentu tidak bisa berbuat apa-apa.!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar