Rabu, 19 April 2017

Ki Hajar Dewantara Pejuang Pendidikan

Tokoh Pendidikan Ki Hajar Dewantara
           
            Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, dilahirkan pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta, Ia berasal dari lingkungan keluarga keraton Yogyakarta. Setelah menamatkan ELS (Sekolah Dasr Belanda), ia meneruskan pelajarannya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputra), tetapi tidak tamat karena sakit. Ia kemudian menulis untuk berbagai surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express dan setelah zaman kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan kebudayaan. Ki Hajar bukan saja seorang tokoh dan pahlawan pendidikan, tanggal kelahirannya 2 Mei oleh Indonesia dijadikan hari pendidikan Nasional, selain itu melalui suratkeputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 november 1959 Ki Hajar ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan nasional. Penghargaan lainnya yang diterima oleh Ki Hajar Dewantara adalah gelar Doctor Honoris Causa dari UGM di tahun 1957.
Pihak penerus perguruan Taman Siswa, sebagai usah untuk melestarikan warisan pemikiran beliau, mendirikan Museum Dewantara Kriti Griya di Yogyakarta. Dalam museum terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hajar Dewantara sebagai pendiri Taman Siswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hajar sebagai jurnalistik, pendidik, budayawan, dan sebagai seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Arsip Nasional.
Saat genap Berusia 40 Tahun menurut hitungan Tahun caka, Raden Mas Suwardi Suryaningrat berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara dan semenjak saat itu beliau tidak lagi menggunakan gelar kebangsawan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya beliau dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya, menciptakan pendidikan yang mampu dijangkau masyarakat. Ki Hajar bersama rekan-rekan seperjuangan mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa tanggal 3 Juli 1922. Perguruan itu bercorak nasional dan berusaha menanamkan rasa kebangsaan dalam jiwa anak didik.
Dipilihnya bidang pendidikan dan kebudayaan sebagai medan perjuangan tidak terlepas dari strategi untuk melepaskan diri dari belengguh penjajah. Adapun logika berpikirnya relatif sederhana; apabila rakyat diberikan pendidikan yang memadai maka wawasanya semakin luas, dengan demikian keinginan untuk merdeka jiwa dan raganya tentu akan semakin tinggi.
Buah pikirannya tetang perjuangan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan yang didalamnya banyak terdapat perbedaan-perbedaan dan dalam pelakasanaan pendidikan tersebut tidak boleh membeda-bedakan agama, etnis, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagaiannya, seta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi. Karena Tuhan memberi manusia kemerdekaan untuk mengembangkan diri dari ikatan alamiah menuju tingkatan budaya.
Jadi kemerdekaan mengembangakan diri adalah hakikat dari sebuah pendidikan sehingga pendidikan itu tidak dapat dibatasi oleh tirani kekuasaan, politik, atau kepentingan tertentu. Ini dibuktikan dengan sejarah dimana tidak pernah ada pendidikan yang berhasil kalau tumbuh didalam keterkungkungan atau penjajahan. Pada masa pergerakan dan perjuangan mencapai kemerdekaan, dia memiliki dasar pemikiran yang sangat tepat, bagaimana cara sebuah bangsa dapat mencapai kemerdekaan yaitu dengan memajukan pendidikan bagi rakyatnya secara menyeluruh. Bahkan pantun “Berakit-rakit kehulu, berenang-renanga ketepian” adalah ciptaan Ki Hajar untuk membakar semangat perjuangan dalam pendidikan.
Sebenarnya pandangannya itu bukan hanya diterapkan pada masa perjuangan mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan akan tetapi bisa juga di terapkan pada konteks saat ini dalam mengisi kemerdekaan dengan hasil karya yang lebih gemilang bagi bangsa dan negara. Karena bukan saja kemerdekaan secara politik yang diproklamasikan tahun 45 akan tetapi dengan pendidikan juga untuk memerdekakan bangsa dari penjajahan dalam bidang budaya, ekonomi, sosial, tekonolgi, pendidikan, lingkungan, keamanan, dan sebagainya dari pihak lain.
Pernyataan asas dari taman siswa berisi 7 pasal yang memperlihatkan bagaimana pendidikan diberikan, yaitu untuk menyiapkan rasa kebebasan dan tanggung jawab, agar anak-anak berkembang merdeka dan menjadi serasi, terikat erat kepada milik budaya sendiri sehingga terhindar dari pengaruh yang tidak baik dan tekanan dalam hubungan kolonial, seperti rasa rendah diri, ketakutan, keseganan, dan peniruan yang membuta. Selain itu anak-anak dididik menajdi putra tanah air yang setia dan bersemangat, untuk menanamkan ras pengabdian kepada bangsa dan negara.
Salah satu kosep belajar dan pemelajaran yang terkenal dari Ki Hajar Dewantara adalah
1. Ing ngarsa sung tulada berarti di depan memberi teladan
2. ing madya mangun karsa berarti di tengah menciptakan peluang untuk berprkarsa.
3. Tut Wuri Handayani  mempunyai arti dari belakang memberikan dorongan.
Menurut Dewantara, dalam pendidikan manusia-nilai rohani lebih tinggi dari nilai jasmani. Hal itu langsung ditunjukan melalui penampilannya yang sedeerhana, namun memiliki visi pendidikan yang jahu maju kedepan namun panutan bagi seluruh siswanya. Siswa yang bersekolah di taman siswa bukan ingin menjadi PNS, melainkan mandiri dan melanjutkan perjuangan. Di Taman Siswa, siswwa dididik menjadi manusia yang mandiri. Para siswa diajarkan membuat tempe, tahu atau salep. Di sini juga dibentuk klub debat sehingga alumni Taman siswa juga mahir berdebat dan berpikir kritis. Tiap rabu wage semua siswa dikumpulkan untu mendengarkan ceramah dari sesepuh taman siswa. Bung karno pernah memberikan ceramahnya untuk mengajak para gadis di Indonesia tak hanya mencapai cita-cita stinggi langit, tetapi lebih dari itu yakni menggapai bintang di langit. Siswa juga diajarkan untuk tidak banyak berbicara, lebih benyak berbuat dari bertindak, mandiri, dan bertanggung jawab.

Nama               : Resky Orelemba Gaibu
Sumber            : Buku “Psikologi Pendidikan”
Karangan         : Sugihartono, DKK

Terbitan           : UNY Press Yogyakarta (2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ki Hajar Dewantara Pejuang Pendidikan

Tokoh Pendidikan Ki Hajar Dewantara                         Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar D...